Cerita PKA 2024
PKA atau Pekan Perkenalan Khutbatu-l-Arsy adalah salah satu acara besar yang ada di Gontor raya -yang persiapannya gila-gilaan- dan diadakan setahun sekali, biasa juga disebut annual ceremony-nya Gontor dimana seluruh lapisan masyarakat Gontor wajib ikut menikmati ‘proses’ berjalannya acara ini, mulai dari persiapannya, acaranya sampe selesai acara. PKA diadakan di semester ganjil di setiap cabang Gontor sampai UNIDA.
2024 jadi tahun ke 6 PKA yang gua ikuti, dan gua punya satu mimpi setiap kali masa persiapan PKA datang : Gua ingin banget jadi MC lapangan annual ceremony PKA sebagai salah satu main agenda dari PKA ini. Pertama kali ikut PKA di 2019 dulu, gua sebagai anak baru langsung nargetin untuk bisa jadi MC di rangkaian acara PKA. Main target gua adalah jadi MC lapangan (seperti MC Istana Negara di acara 17 Agustus) karena selama gua SMP dulu, gua tiga tahun berturut-turut jadi MC HUT Indonesia dan gua ingin banget bisa rasain pengalaman itu dengan skala yang lebih besar yaitu PKA. Target lain gua adalah jadi MC Kuliah Umum yang diadakan setelah upacara. Gua pengen banget bisa di notice bapak pimpinan pondok lewat suara gua, walaupun setelah itu beliau juga gabakal inget sama gua, hahaha.
Sejak saat itu, gua cari tahu gimana caranya bisa jadi MC lapangan dan MC kuliah umum PKA. Ternyata, MC lapangan hanya diperuntukkan untuk siswi akhir KMI saja, tapi kalau MC kuliah umum bisa diikuti dari tahun kedua KMI (kelas 2 atau 3 intensif sampai kelas 5). Dan di tahun kedua gua selalu pasang telinga buat tahu kapan tasykil atau seleksi MC kuliah umum dibuka. Setelah dibuka, gua langsung ikut. Dan ngerasa insecure banget saat itu karena ngerasa masih jelek banget dan kalah dari yang lain, tapi gua tetap coba ikut seleksinya.
Qodarullah, belum rezeki gua untuk bisa lolos jadi MC kuliah umum. Mengingat banyak orang yang udah ngecengin gua bakal kepilih dan bereskpektasi tinggi ke gua jujur bikin sakit hati dan down banget huhuhu. Pengumumannya di bacain di broadcast sebelum maghrib dan gua langsung nangis sambil baca Qur’an wkwkwk, nyesek banget oi. Yang bikin nyesek sebenarnya bukan sepenuhnya karena gak kepilihnya, tapi kenyataan bahwa saat itu gua memang “agak sombong” karena banyak yang ngecengin. Kejadian itu juga jadi titik balik gua yang bikin gua kalau ikut seleksi MC lagi gapernah ngasih tahu orang supaya kalau gak kepilih nyeseknya dinikmatin sendiri saja hahaha.
Sebelum itu gua juga sudah sering nerima penolakan-penolakan dari berbagai seleksi MC, dan ketika ada rezeki terpilih pun gua sudah sering “dibentak” dan kena mental di tengah prosesnya. Jadi MC yang dipandang orang “cuma ngomong” itu ternyata gak mudah. Harus siap mental banget. Jadi, ketika gua ketolak jadi MC kuliah umum gua berusaha untuk husnudzon ke Allah terus. Mungkin kata Allah, mental gua belum siap kalau harus dihadapkan dengan acara sebesar PKA dimana gua akan dilatih oleh Ustadzah yang profesional dan akan banyak di evaluasi sama Asatidz. Dan ketika hari-H kuliah umum dan melihat bagaimana bagusnya mereka-mereka yang terpilih semakin membuat gua tersadar kalau gua itu memang masih jauh kalau dibandingkan mereka.
Tapi Alhamdulillah, ternyata gua dipanggil lagi dan berkesempatan untuk jadi MC dari rentetan PKA yaitu di acara pembacaan hasil ketetapan musyawarak kerja OPPM. Dan itu jadi kali pertama dan terakhir kalinya gua jadi MC di Auditorium Gontor Putri 1. Dibalik acara itu juga gua sempet sakit hati karena gua yang seharusnya jadi MC di sesi 1 ditukar jadi sesi 2 karena yang lainnya masih lebih bagus daripada gua, memang narasi alasan kenapa gua ditukar gak seperti itu, tapi ya gua ngerasa saja sih wkwkwk.
Tahun ketiga, gua gabisa ikut seleksi karena memang semua kelas 5 KMI jadi penanggungjawab LKBB konsulat. Jadi karena ada tanggungjawab yang lain, gua gak merasa terlalu nyesek dan menjalani PKA itu sambil terus berdo’a dan sholawatin MC lapangan dan MC kuliah umum semoga tahun depannya (tahun terakhir) gua bisa jadi salah satu diantaranya. Dan ternyata, di tahun terakhir gua diamanahi jadi penanggungjawab maket dan gatau kapan seleksi diselenggarakan. MC PKA ternyata memang bukan rezeki gua dan menjadi mimpi gua selamanya, pikir gua saat itu. Gua terus berhusnudzon ke Allah dengan berpikir mungkin gua akan jadi manusia sombong setinggi langit (naudzubillah) kalau berkesempatan jadi MC PKA, makanya Allah belum kasih.
TERNYATA, itu bukanlah tahun terakhir gua di Gontor raya, hahaha
Gua ditakdirkan melalui bapak pimpinan untuk melanjutkan kuliah disini, di UNIDA Gontor which means gua akan menjalani PKA-PKA selanjutnya di hidup gua. Karena wish jadi MC PKA masih locked, gua terus mencari kuncinya supaya bisa gua buka. Gua kembali ikut seleksi MC lapangan dan untuk posisi pembaca narasi atau narator (Jadi yang bacain narasi setiap penampilan acara, sejenis jadi VO tapi on-air). Alhamdulillah di UNIDA ini gua berkesempatan ikut seleksi sampai babak terakhir tapi untuk posisi narator. Sebenernya gua tetap nargetin MC karena MC itu gua pikir lebih enak karena teksnya pasti, sedangkan kalau narator harus eskpresif, emosional dan latihannya lebih susah. Tapi karena ini kesempatan yang gua tunggu, jadi gua tetap jalani. Qodarullah, belum rezeki gua lagi karena Asatidz menilai tingkat fluency gua di bahasa Inggris masih condong ke American accent sedangkan yang dicari itu British accent dan posisi narator bahasa Indonesia sudah keisi 😭😭😭😭.
Sampai di babak akhir seleksi dan ketolak setelah sejauh itu jujur makin makjleb, tapi gua juga sudah lebih bijak dalam menghadapi penolakan. Lagi-lagi menyadari kalau gua itu bukan siapa-siapa dan belum bisa apa-apa. Gua kembali diajarkan untuk ikhlas.
😭😭😭😭😭
Sedih banget oy
Kayak makin tahun makin merasa jauh aja. Akhirnya gua ikut angklung di tahun pertama and I enjoyed it. Dan Allah menyadarkan gua dengan memperlihatkan gua bagaimana KERASNYA latihan MC dan narator PKA, dibantak-bentak didepan banyak orang, dikomen terus, di teriakin, latihan 24/7, telat dikit diomelin karena semua acara tunggu narator. Disitu gua tersadar bahwa “wih, kalo gua kepilih kayaknya mental gua belum siap kalau harus menghadapi bentakan-bentakan itu” yang membuat gua semakin bersyukur atas penolakan yang terjadi. Allah memang lebih tahu apa yang hambaNya butuhkan.
Di tahun kedua, gua sudah dititik pasrah dan ikhlas saja sama semua yang terjadi. Untuk yang pertama kalinya, gua gak ikut seleksi MC padahal tempat seleksinya ada di depan mata gua. Gua memilih untuk ikut LKBB mewakili prodi gua, HI. Dan ikut LKBB adalah bentuk partisipasi PKA yang ✨paling gampang✨ hahaha. Karena gua gamau capek juga ikut kegiatan yang lain dan gamau menerima penolakan lagi lebih tepatnya. Gua sampe mikir “mungkin memang karakter suara gua belum sesuai sama requirement dan standar yang ada disini, mungkin rezeki gua di tempat lain,”
Tapi, gua punya wacana dan Allah punya rencana.
Di hari-hari gua menikmati latihan LKBB yang santai dan seminggu dua kali itu, gua dapet chat dari Ukhti Iil, beliau penanggungjawab MC dan Narator PKA tahun ini (Gua sudah pernah kenal beliau karena salah satu acara pelatihan MC). Beliau minta gua untuk menemui beliau setelah Isya, katanya ada “job”. Disitu gua gamau kegeer-an, gamau juga terlalu positive thinking. Mungkin gua mau dimintain tolong untuk hal lain kali, gamungkin juga tiba-tiba disuruh jadi MC atau narator, secara PKA acara besar yang segala sesuatunya harus prosedural, sedangkan gua saja ikut seleksi enggak.
Long story short, gua disuruh baca teks narasi dan tiba-tiba di nobatkan (?) 😂 dipilih untuk jadi narator PKA Bahasa Indonesia, kan gua langsung “lah loh?” LOH wkwkwk, kok tiba-tiba begitu. Dan tahu apa? Besok siangnya, BESOK BANGET itu latihan terbimbing (semacam gladi kotor, tapi bukan) dan gua disuruh baca narasinya. Waw sangat shik shak shok sekali. Gua disitu masih lag dan iya-iya aja, tapi disatu sisi gua belum melepas posisi gua di LKBB prodi karena jujur gua gak yakin banget sama ini wkwkwk, gua juga gamau geer dan ngefly sendiri karena takut ternyata gajadi dan nyesek.
Tapi ternyata, memang ini do’a yang selama ini terjawab 🫠🥹.
Akhirnya gua benar-benar jadi narator PKA Bahasa Indonesia (bahasa lain : China, Spanyol, Arab, Inggris, Thailand dan Turki) dan secara gak langsung merepresentasikan Indonesia di antara negara-negara lain yang beberapa bahasa dibacain langsung sama nativenya (Mahasiswi Internasional). Gua menjalani latihan demi latihan yang ada dan menyadari kalau memang saat ini lah mental gua, kemampuan gua, dan kekuatan gua mampu untuk menjalani ini semua. Di tahun kedua ini setelah merasakan banyak penolakan dan latihan lain gua Allah anggap mampu untuk menjalani ini. Do’a yang jawabannya datang setelah 5 tahun.
Qodarullah, di kesempatan (yang gua tunggu-tunggu ini) justru membuat gua sadar akan kemampuan gua yang lain, gua jadi tahu kekurangan gua, gua jadi punya relasi anak LN, gua jadi lebih kuat dari sebelumnya dan gua jadi semakin sadar kalau kita boleh berwacana, tapi Allah punya rencana. Di tahun kedua ini juga gua sudah bisa lebih bijak dalam menerima pujian, lebih ikhlas dikritik, lebih menghargai perjuangan, dan banyak hal.
Ketika gua sudah di titik paling tawakkal (dalam hal cita-cita MC PKA) a.k.a pasrah, ternyata malah Allah hadiahkan hal yang gapernah gua duga sebelumnya. Akhirnya, gua bisa tampil di depan pimpinan, rektor, tamu penting dan jajaran lainnya 😭😌
Alhamdulillah bini’matihii tatimmu-s-sholihaat
+masuk video highlight PKA hehehe 👇🏻👇🏻
https://www.youtube.com/watch?v=w3TpCkA12k8