Nyaman dengan Ketidaknyamanan
4/3/24
Dekat kaitannya dengan ikhlas, kalau udah ikhlas dan ridho apapun keadaannya pasti akan disyukuri.
Udah 5 hari terakhir gua jadi mukimat di pondok dan belum pulang. Jadi kader kepanitiian bagi sebagian orang dianggap keren dan gengsi, tapi bagi gua itu hal yang gapernah gua harapkan dan impikan.
Sejak awal masuk di Unida, gua berusaha untuk agak membatasi diri gua dari banyak kegiatan diluar kampus, dan sebaliknya; mau aktif di kelas dan belajar aja. Di tahun pertama ini, gua berencana untuk fokus melihat apa yang ada disini dan mulai memupuk nilai gua untuk bekal kedepannya. Pokoknya gua gamau fokus gua terbagi untuk hal lain selain belajar, maksimal gua ikut satu organisasi aja.
Namanya manusia berencana, Allah berkehendak.
Beberapa kali gua dapat kesempatan untuk ikut andil di beberapa acara dan bisa punya sidejob di perpustakaan yang ada di kampus C (putri). Tapi dalam menjalaninya, gua masih tetap menjaga jarak dalam berperilaku, jangan terlaku terlihat excited dan jangan terlaku akrab sama kakak kelas.
4 tahun hidup di lingkungan Gontor udah cukup membuat gua tau betul algoritma kehidupan di Gontor. Sebenarnya ga beda jauh sama dimana-mana, intinya, kalau udah sekali kelihatan bakalan dicari-cari terus dan gampang banget di notice. Dan gua menghindar dari hal tersebut walau gua paham betul itu baik untuk gua juga kedepannya.
Hahaha, geer banget ga sih? 😂
Gua gapernah terlibat aktif di UKM, HM Prodi, apalagi acara-acara besar pondok. Gua mau menikmati tahun pertama dengan kesantuyan. Terlibat sekecil apapun sangat gua hindari.
Sampai akhirnya, puncak hal yang gua hindari malah menghampiri gua
Gua malah kepilih jadi kader panitia Ospek yang mengharuskan gua merelakan 3 minggu liburan gua untuk menyambut maba 2024. Ini bergengsi banget bagi sebagian orang, mimpi buruk dengan gua.
Karena dari awal gua udah ga ikhlas, segalanya ikut terasa gak nyaman dan menyebalkan.
Seringkali kita sadar akan segala hal yang memang dimaksudnkan untuk hal baik, tapi hanya karena keegoisan kita, kita jadi denial terus sama kebaikan yang menyertai. Tau itu baik, tapi karena ego yang tinggi jadi lupa akan kebaikan dan keinget terus sama keburukan.
Dan, apa boleh buat?
Pada akhirnya gua akan tetap ikut sama apa yang udah digariskan walau penuh dengan dumelan, omelan dan ganjel di hati. Pada akhirnya pemberontakan itu hanya terhenti di andai-andaian gua aja. Dan sebenernya, inilah salah satu cara kerja pondok mendidik santri sampai mahasantrinya.
Diajarkan untuk nyaman dengan ketidaknyamanan.
Karena ketika terbiasa dengan ketidaknyamanan, sekecil apapun kenyamanan yang datang akan disyukuri. (Semoga. Semoga ga lupa diri)
Intinya, saat ini gua sedang berjuang untuk mencari titik nyaman ditengah ketidaknyamanan ini. Yang mulai terlihat titik terangnya.