Kamis Pagi
Dulu, sewaktu masih menjadi Santriwati KMI, untuk mendapatkan me-time termasuk hal yang lumayan sulit. Segala aktifitas diatur pondok. Kita harus bisa menentukan hal yang ‘urgent’ untuk dilakukan dan mana yang tidak. Ya kalau mau makan, tidak bisa menelepon. Kalau mau mandi, ya tidak usah makan. Walau biasanya fenomena ini cenderung terjadi pada santriwati baru KMI yang masih kaget dan belum bisa mengatur waktunya dengan baik.
Semakin naik tingkat, santriwati mulai bisa
mengatur waktu. Dalam satu waktu istirahat mulai bisa mengerjakan 2 atau bahkan
3 kegiatan sekaligus. Ini membutuhkan strategi dan kemampuan self management
yang baik.
“Lebih baik sibuk karena banyak pekerjaan
(sampai bingung mau mengerjakan yang mana dahulu) daripada sibuk mencari-cari
pekerjaan (pengangguran)” -K.H. Hasan Abdullah Sahal
Ini yang (sekali
lagi) yang membuat segalanya berbeda saat ini.
Di Unida, gua
yang harus mengatur segalanya.
Walaupun unida
adalah Universitas berbasis pesantren, namun time management ada di
tangan masing-masing mahasiswanya.
Sistem
pembelajaran Universitas yang membuat mahasiswa/i harus mengikuti jam terbang
dosen membuat pondok tidak harus lagi mengatur waktu kegiatan mahasiswanya
menjadi kompleks seperti di KMI. Waktu kosong sangat banyak, entah sebelum
kuliah ataupun setelahnya. Disinilah diuji kepada setiap individu,
‘Berhasilkah
pendidikan di KMI dulu?’
Pendidikan time
management dimana setiap individu harus memiliki planningnya masing-masing
setiap harinya, harus tau apa itu prioritas dan tidak. Apakah pendidikan shalat
berjamaahnya berhasil? Apakah pendidikan cara belajarnya berhasil? Apakah
pendidikan bahasanya berhasil? Apakah pendidikan waktunya berhasil? Apakah
pendidikan mental, adab, dan keorganisasiannya berhasil?
Jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan diatas akan terjawab bukan dengan lisan individunya,
melainkan dari perilaku setiap orang. Dan penilaian atas keberhasilan tersebut
tidak bisa dilihat dari penglihatan umum, namun harus dinilai pula dari setiap
individunya.
“ya,
pinter-pinter setiap orang saja,”
Disini kesadaran
setiap orang sangat diperlukan.
Kembali lagi ke
pendidikan KMI dulu,
Sebesar
Keinsyafanmu Sebesar itu Pulalah Keberuntunganmu
Salah satu
falsafah pondok yang tulisannya tersebar dimana-mana. Perlu disadari bahwa arti
‘insyaf’ disini adalah ‘sadar’. Semakin sadar seseorang hidup di pondok, sadar
akan maksud dan tujuan segalah kegiatan dan pendidikan dipondok, sebesar itulah
keberuntungannya. Keberuntungan dalam mendapatkan hikmah dari setiap hal yang
dijalani, keberuntungan mendapatkan kedamaian hakiki dari setiap langkah dalam
dinamika pondok.
Pondok luas dan
besar bagi pecinta damai, dan sempit bagi orang yang nakal.
picture : Language Art Exhibition (LAE) 3rd Department staff of SOPM 2023