Tahun kedua dan Segala Ke-hecticannya
Hola! Long time no write, karena akhir-akhir ini badan selalu dibuat bergerak cepat untuk melakukan banyak hal dan pikiran ikut melayang-layang entah kemana.
Segala ke-hectican di tahun kedua kuliah ini dimulai, dari tugas, tuntutan dosen, organisasi, sektor, acara kampus, sampai hal-hal yang menyangkut diri sendiri punya deadline yang kejar-kejaran. Dari pagi sampai malam sampai dini hari rasanya gak kunjung berhenti. Capeek pasti, tapi harus dinikmati 🫡. Jiaaakkhhh 😃.
Kehidupan di semester 3 ini, ya, lumayan roller coaster tingkat satu, lah. Kesibukan semakin bertambah, kewajiban semakin bertambah, dan tentunya diikuti dengan tuntutan yang bertambah juga. Bersyukur sekaligus kewalahan menjalani ini semua, tapi lagi-lagi harus dinikmati. Kalau sudah sering baca tulisan gua yang sebelumnya gua mungkin pernah mention bahwa dulu waktu kelas 3 intensif gua pernah diberi amanah ‘besar pertama gua di Gontor untuk memimpin suatu acara kecil. Acaranya memang kecil, tapi itu kali pertama gua mendapat kepercayaan sebesar itu. Dan gua berhasil melewatinya.
Saat itu, untuk seukuran kelas 3 intensif di Gontor gua sangat kewalahan menjalani amanah itu, mandi lewat, makan pun lewat. Hari-hari gua full, rasanya mau duduk saja sulit karena harus mondar-mandir sana sini. Dan setelah amanah itu selesai, gua sadar bahwa gua menikmati dinamika dan proses itu. Gua suka bermain dengan drama mondar-mandir, dan pikiran dipenuhi dengan planning-planning kedepannya. Dan setelah acara selesai, ada perasaan kupu-kupu dan satisfying dalam diri. Dan itu candu. Setelah itu, gua berdo’a ke Allah SWT untuk selalu diberi kesibukan dalam hiduo gua, untuk selalu diberi kekuatan untuk bisa memimpin, untuk selalu ditempatkan di lingkungan yang sibuk dan positif. Allah Maha Baik dan Maha Mengabulkan. Alhamdulillah setiap tahun gua selalu mendapat kesempatan untuk andil dalam beberapa projek, atau mendapat kepercayaan lainnya, tapi justru gua yang seringkali lupa kalau Allah sudah mengabulkan do’a gua secara nyata dengan banyak mengeluh, kabur dari pekerjaan dan seringkali ‘menghujat’ amanah yang diberi kepada gua. Astagfirullahaladzim.
Gua mengakhiri semester 2 dengan ikut bergabung ke komunitas baru, dengan isi kepala yang ‘seakan-akan’ full untuk gebrakan baru dan inovasi, tapi berujung tabrak-tabrak masuk hahaha. Ternyata semangat itu cuma ada di kepala gua, belum sinkron sama otot dan tulang-tulang gua. Cerita sedikit tentang komunitas yang gua baru ‘gabung’ ini, jadi sebelumnya itu komunitas ini sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja dan hampir collapse sepertinya, dan kebetulan ketua komunitasnya adalah salah satu teman akrab gua. Berawal dari dia curhat masalah tetek bengek komunitas ini, muncullah rasa iba dan ingin membantu dengan ide-ide segar hampir busuk yang ada di kepala gua. Akhirnya gua beri saran dia dengan segala ide gebrakan baru yang ada di kepala gua hahaha, dan jadilah gua bergabung di komunitas itu walau pada akhirnya ya itu, gua malah jadi agak kewalahan. Tapi gapapa, gua sejauh ini masih menikmati ke hectican ini walau lebih seringnya si komunitas ini gua jadiin last choice gua dalam prioritas pekerjaan gua.
Di kampus gua, semester ganjil itu selalu identik dengan kata-kata ‘padat’ ‘sibuk’ ‘hectic’ dengan agenda-agenda tahunan yang ada. Banyak acara besar yang harus diselenggarakan secara berdekatan sehingga jadwal perkuliahan sering terkendala acara pondok yang membuat banyak dosen yang rapel absen, mengambil jam kosong, dan ganti kuliah dengan tugas. Tugas yang bikin pikiran makin kemana-mana. Padahal, sebenarnya keberadaan gua disini ya untuk kuliah dan nugas wkwkwk.
Ujian-ujian yang menguji kekuatan mental berdatangan bersamaan dengan ujian yang menuntut fisik untuk selalu sehat dan bugar. Ke hectic-an gua bertambah karena tempat kerja utama gua (perpus) harus membagi kekuatan ke perpustakaan cabang pascasarjana untuk ‘membereskan’ perpustakaan disana. Dan mau gamau, kewajiban awal harus tetap ditunaikan dan gua harus merelakan waktu kosong lainnya untuk ‘membereskan’ perpustakaan pascasarjana. Dan, gedung pascasarjana itu jaraknya lumayan jauh dan bikin gua makin males untuk pergi kesana.
Memang betul, gak ada naik tingkat yang mudah. Ya namanya saja naik tingkat, untuk ‘naik’nya saja kita butuh usaha, tenaga, effort. Yang namanya proses, diawal pasti sulit untuk menyesuaikan diri, sulit untuk menerima, sulit untuk ikhlas. Tapi ya itu, kadang kita lupa kalau kita sedang naik tingkat secara perlahan. Kita terlalu sering mengeluh dan denial sama saran, masukan, dan perkerjaan yang ada dan seharusnya segera di selesaikan. Kalau sibuk, mengeluh ingin leha-leha, tapi sekalinya leha-leha ngeluh karena terlalu gabut. Tapi, kalau dikasih pekerjaan dikit, ngeluh juga.
Yaaa, harapannya semoga gua dan kita semua menjadi manusia-manusia yang pintar mengambil hikmah dari setiap kejadian yang ada agar bisa bersyukur lebih. Semoga bisa selalu sadar ; terkadang, hal-hal yang terjadi di luar nalar dan prediksi kita itu adalah jawaban atas do’a-do’a kita yang lalu yang kadang kita sudah lupa akan itu. semoga kita selalu bisa berhusnudzon kepada Allah SWT. Aamiin