Closing January and Welcoming February

12.09 AM : 1/2/24

(31/1/23)

It’s a complicated day for me! Hari terpanjang yang gua rasain di awal 2024 dan di akhir Januari. Gua merasa di 31 Januari gua merasa gak berhenti berlari untuk seharian penuh ini sampai berhasil menutup hari dengan awal hari, dan ditemani dengan lagu Love Wins All-nya IU yang mendukung suasana gelap ngantuk-ngantuk dikamar.

Pagi gua diawali dengan pergi ke kamarnya Rere di GP 2 untuk nemenin Keishya, tapi Rerenya gak ada. Mungkin dia sibuk karena ini hari pertama ujian lisan di seluruh KMI Gontor Raya. Gua melanjutkan dengan tidur-tiduran bentar dan mandi karena pagi tadi ada acara Workshop MC yang dipandu oleh Ustadz Heppy Chandra. FYI, acara ini baru dikabarin di tanggal 27 Januari dan baru dibuat susunan kepanitiannya ba’da Maghrib. Gua lagi santai-santai nonton Sixth Sense 3 episode 9, tiba-tiba dikabarin untuk kumpul di kantor DEMA sama Pita. Acara yang super dadakan ini yang ternyata secara diam-diam sudah dibuat proposalnya satu bulan yang lalu lumayan membuat hari-hari gua di minggu ini lumayan padat karena gua lagi nyusun essay buat lomba sama Bella. Semua jadi kejar-kejaran, ditambah persiapan Audit Mutu Internal (AMI) UPT Perpustakaan Sabtu nanti. Alhamdulillah Allah ngasih gua haid di minggu super crowded ini yang membuat gua sedikit leluasa untuk bergerak sampai lupa waktu.

Gua ditunjuk untuk jadi bagian publikasi seminar yang jobnya adalah bikin banner, flyer, dan sertifikat dalam waktu 2 hari. Gapapa, kalo untuk hal design kelas Gontor Insya Allah jam terbang gua sudah lumayan cukup untuk ngerjain diwaktu yang mepet dan dibawah banyak tuntutan (ini bikin sendiri loh ya, bukan template, hahaha).

Dan Alhamdulillahnya, tugas kuliah gua sudah selesai gua kerjakan semua. Lega.

Pagi gua dilanjutkan dengan ikut seminar yang super seru, insightful dan sangat memantik semangat gua untuk kembali serius dalam dunia komunikasi setelah banyak patah hati yang gua dapatkan yang membuat gua perlahan-lahar undur diri dari depan layar menuju belakang layar bahkan sudah hampir keluar bioskopnya. Gua bener-bener di charge dengan cara beliau memotivasi dengan kekuatan hypno wordnya beliau. Wah, asli perasaan semua peserta rasanya dibolak-balik, dipermainin banget dari nangis sampe ketawa. The power of speak, the power of word. Bicara itu penting, bukan yang penting bicara bakal jadi kata-kata pemantik semangat gua mulai hari ini sampai kedepannya.

Gua mulai me-refresh mindset dan kepercayaan diri gua lagi untuk menjadi pembicara yang dari mulutnya keluar kata-kata yang indah, dan tersampaikan kepada setiap yang mendengarnya dan akhirnya dirindukan. Gua ingin jadi orang yang kayak gitu!. Smile face, smile voice.

Sudah terlahir dengan previlege besar dalam hal public speaking yang diturunkan Umi Abi, gua harus memanfaatkan previlege yang gua miliki sebaik-sebaiknya. Umi Abi saja berhasil menginfluence banyak orang untuk mencintai public speaking (diajak masuk Kahfi, wkwk) gua sebagai anak harus bisa dan meneruskan apa yang sudah dimulai Umi dan Abi. Ini sebenarnya juga menjadi salah satu alasan gua pada akhirnya memilih bertahan di UNIDA dan melepas pilihan menjadi pustakawati karena gua sadar bahwa gua ‘punya’ kemampuan public speaking yang bisa berkembang kalau gua masuk HI. Dan Allah memang sebaik-baik perencana, sebaik-baik penyayang hamba-Nya dengan menyadarkan gua akan hikmah yang ada dibalik semua ini.

Gua semakin menyadari bahwa lingkungan benar-benar mempengaruhi cara berpikir gua bahkan sampai cita-cita gua. Gua juga dibuat lebih bersyukur karena bisa jadi panitia sekaligus peserta di workshop ini. Ya Allah, sungguh Ustadz Heppy Chandra tekah menjadi salah satu wasilahku untuk terus berjuang disini, untuk terus belajar dan untuk bersyukur telah berada di Bumi Darussalam ini. Maka alirkanlah jariyah dari setiap darah semangatku ini kepada beliau dan seluruh guru-guru kami di Darussalam.

Ya Allah, sungguh aku percaya akan kasih sayangMu. Maka sayangilah kedua orangtuaku yang menjadi wasilah terbesar atas surgaMu. Sungguh Umi dan Abi adalah wasilah terbesar dalam hidupku untuk terus bisa berada dijalanMu. Maka ridhoilah keduanya ya Allah.

Umi dan Abi adalah pemeran utama dalam pembentukan cara berpikir gua sampai saat ini. Lingkungan kepercayaan diri Umi dan Abi kini gua sadari benar-benar mengalir di darah gua sampai saat ini, dan gua akan terus berusaha untuk mengalirkan darah ini ke keturunan gua nanti agar menjadi jariyah bagi Umi Abi, surgaku di dunia.

Seminar 3 sesi pertama di hidup gua yang ga akan gua lupakan sampai kapanpun. Pagi sampai siang diselingi dengan panas-panasan gua ke kantor DEMA untuk print sertifikat, dilanjut dengan sesi 2 yang membuat gua semakin ingin suara gua untuk direview beliau. Pulang seminar jam 5 dan langsung dilanjutkan dengan farewell dengan salah satu dosen gua. Gua masuk kamar maghrib dan hanya 20 menit duduk langsung ada pengumuman untuk kumpul konsulat. Dari kumpul konsulat gua langsung ke sesi 3 seminar untuk praktek.

Di sesi 2, gua ditunjuk sebagai perwakilan reporter dari kelompok. Gua gasabar banget masu show off didepan beliau! Sebelum kumpul konsulat gua coba-coba cari video reporter berita di youtube sampai tepat sebelum acara dimulai. Dan tiba juga akhirnya kesempatan gua untuk ngomong didepan beliau. Improvisasi jadi reporter TKP dengan tema kebakaran di Jakarta, then i passed it! dengan tepuk tangan meriah seluruh peserta di hall karena sejauh ini reporter gua yang paling lancar. Sebenernya ada beberapa trouble karena videonya Cuma zoom in dan zoom out dan lama banget durasinya, sampe-sampe gua ngulang narasi yang sama untuk kedua kalinya. ampe segala bawa-bawa jalan arah Rawamangun, hahaha ngasal banget. Gua seneng banget karena dapet pujian dari Ust. Heppy Chandra dengan ditanya “Kamu prodi apa?” “Oh prodi HI, ini kalo kamu diluar orang pasti ngira kalau kamu orang broadcasting,” AAAKKKK SENENG BANGET!!! Alhamdulillahhhh

هذا من فضل ربّي

Gua semakin mantap untuk ikut jejak Umi Abi di Kahfi Motivator School. Gua harus buktiin ke LAC dan siapapun yang dulu gas rek sama suara gua kalau gua bisa jadi profesional. Wait for it. Insyaa Allah.

Acara ditutup jam 22.00 dan beberapa bersih-bersih dan evaluasi.

Gua pulang dan mandi sampai akhir hari di Januari 2024. Dan lanjut sedikit ngobrol sama Andre tentang dua dosen muda kita yang hari ini pamitan untuk melanjutkan karir ditempat yang baru. Dan ini membuat gua sedih..

Diatas gua bilang kalau hari ini juga ada farewell bareng dua dosen gua disini yang Alhamdulillah dapet rezeki lolos jadi ASN tahun ini dan dipindah tugaskan. Gua Cuma ikut satu farewell karena satunya lagi di kelas dan gua izin kelas hari ini untuk ikut seminar.

Jadi ASN itu adalah mimpi bagi banyak orang, apalagi bagi pengajar honorer yang kadang diperlakukan berbeda sama ASN, ya terutama gaji lah. Butuh proses panjang untuk bisa jadi ASN, dan gua turut senang karena bu Yuli dan Pak Bagas bisa jadi salah dua diantara banyaknya peserta CASN.

Jadi ASN itu hal yang baik, tapi gak semua orang memandangnya baik. Jadi pejabat negara juga baik, tapi ga semua orang memandangnya baik. Gua rasa hamper setiap pekerjaan pasti ada love-hate relationshipnya, iya gak sih?. Pandangan ‘menjadi’ seorang ASN kalo di lingkungan keluarga besar gua mungkin dipandang ‘agak gimana’ tapi juga bukan ‘gimana-gimana’. Intinya, kalau dari keluarga besar gua sebisa mungkin dihindari karena dinilai terlalu terikat sama pemerintah. Ya, jadi ASN bukan opsi terbaik lah kalua dilingkungan gua.

Of course, lingkungan tentunya mempengaruhi jalan pikiran gua dan pandangan gua terhadap sesuatu. Ketika gua ke Gontor, gua bertemu dengan banyak orang yang berasal bukan dari kota dan cerita kalau jadi ASN itu adalah dambaan bagi banyak orang di daerahnya (karena uangnya banyak, katanya). Karena gua berasal dari Jakarta yang banyak pilihan pekerjaan, ASN bukan satu-satunya pekerjaan yang menghasilkan banyak uang.

Jalan pikiran gua mulai berubah waktu gua sekamar sama Yumna dan Dita di Perpustakaan waktu OPPM dulu. Mereka berdua lahir dari keluarga ASN turun-temurun, bahkan otak pinternya juga ikut diturunin. Orang tua mereka ASN berpangkat tinggi (bukan guru) bahkan di keluarga besar mereka beberapa bahkan sudah jadi pejabat tinggi di daerahnya (Bengkulu dan Palembang). Karena gua banyak ngobrol sama mereka, persepsi gua perlahan berubah tentang ASN.

Dan hari ini, gua baru tahu kalau 2 dosen gua resign karena jadi ASN. Dan gua bahagia dengernya!

Dulu waktu SMP karena gua swasta, ada guru favorit gua Pa Hafiz yang pindah karena jadi ASN juga.

Gua dan teman-teman ngobrol banyak bareng miss Yulia dalam rangka farewell, dan gua kaget. Kalau ternyata, sekolah gua saat ini memandang ASN ‘kurang baik’ dan menganggap kalau 2 dosen gua ini bukan keluar dengan ‘baik-baik’. Disatu sisi, gua paham banget kenapa institusi gua ini memandang seperti itu. Dan bersyukurnya, bahwa gua sudah gak memandang ASN seperti dulu lagi. Gua menganggap bahwa 2 dosen gua ini pasti ingin yang terbaik dalam hidupnya, pasti ingin berkembang, pasti ingin lebih berprestasi. Dan beliau berhasil, berhasil untuk dipilih jadi abdi negara di bidang kependidikan. Gua yakin akan ada banyak orang yang lebih bangga kepada beliau-beliau daripada orang-orang yang memandang kurang baik hal ini.

Realistis saja sih, kita pasti ingin untuk hidup lebih baik.

Gak selesai-selesai memang kalau terus mikirin pendapat orang lain. Ga akan ada habisnya.

Gua bersyukur bisa mengenal beliau-beliau yang dari kepindahannya ini gua jadi belajar lebih banyak hal. Terlepas dari matkul yang diajar. Mata gua jadi lebih terbuka, bahwa ditempat yang baik ga menutup kemungkinan untuk bertemu dengan hal-hal buruk, dan di tempat yang buruk ga menutup kemungkinan untuk kita membuatnya jadi tempat yang baik.

Memang tugas kita hanya untuk jadi khalifah di muka bumi ini, jadi bermanfaat. Bagaimana orang lain melihatnya itu bukan urusan kita lagi. Toh, yang tahu niat dan ikhlas Cuma kita dan Allah.

أصيكم و إيّاي




 

Postingan populer dari blog ini

After 3 Months!

at the end of november

Nyaman dengan Ketidaknyamanan