Penyakit Hati
Hancur Oleh Ekspektasi -
Rasa-rasanya dada sesak terus, dipenuhi dengan hal-hal yang bahkan diri sendiri ragu akan hal-hal tersebut.
Kok
rasanya semua jadi berantakan
Awal
November masih gua awali dengan hal-hal yang sudah dari sebelum-sebelumnya gua
targetkan; sholat dhuha, olahraga, makan siang teratur, kerjain tugas jauh
sebelum deadline. Ternyata itu gak bertahan lama.
Rasanya
makin hari makin penuh aja perasaan gak karuan. Perasaan yang bikin penuh
pikiran dan hati. Rasanya kayak banyak banget hal yang harus dikerjain dan
dipikirin, padahal aslinya gak segitunya.
Lalu
semua jadi ikut berantakan.
Wait, tapi kayaknya semua ‘berantakan’ ini bukan dimulai dari
pertengahan November. Ini semua dimulai dari tahun ajaran baru ini.
Dan
berawal dari perasaan gak ikhlas.
Perasaan
yang awalnya gak gua sadari menjadi titik noda yang meluber kemana-mana.
Perasaan gak ikhlas atas semua pemberian-Nya di tahun ajaran baru ini. Ini,
sebab dari semua kegalauan dan kesepian gua di akhir tahun ini. Yang bikin gua
gak bahagia atas hal-hal yang harusnya dirasa bahagia.
Sholat
gua berantakan, emosi gak karu-karuan, iri gak karu-karuan, sebel, merasa
capek, merasa gak melakukan apa-apa, caapeekk!!, sebelll!!, marahh!!. Semua itu
sudah menyumbat hati gua. Astaghfirullahaladziim.
Sholat, yang menjadi kunci hari-hari gua saja sudah jelek, dhuha yang mulai gua tinggalin, bacaan Qur’an gua yang makin gak lancar hari ke hari, makin terbata-bata, dikelas juga gua selalu diliputi rasa kesel, capek, jenuh. Rasa penasaran dan semangat belajar gua turun banget. Rasanya capek terus.
Ternyata
semua bersarang dari rasa gak ikhlas itu.
Gua
gak ikhlas, ga ikhlas punya roommate yang sekarang. Yang gabisa ngasih
gua rasa nyaman. Dan gua selalu mencari cara buat membuat diri sendiri nyaman,
tapi nihil terus. Bukannya nyaman, malah jadi kesepian. Gua gak ikhlas sama
keadaan kamar yang kayak gini. Berantakan, berisik, kotor, dan selalu misscommunication
sama gua. Ini awal dari semuanya.
Gua
belum ikhlas.
Gua
selalu menyalahkan keadaan di kamar ini yang membuat gua jadi males. Gua
menyalahkan keadaan ini dimana gua jadi gak bisa sholat khusyuk kayak dulu, gak
bisa nyaman berdo’a lama kayak dulu. Gak bisa jadi diri gua sendiri. Gua gak
suka ada yang bawa kucing yang buat gua gak nyaman.
Gua
belum ikhlas, dan dihancur karena ekspektasi yang dibuat sendiri.
Tempat
untuk pulang yang harusnya nyaman, malah jadi tempat untuk menjadi pribadi
lain.
Gua
gak ikhlas, gua gak suka, merasa gak se frekuensi sama teman-teman kelas gua.
Rasanya kayak gak punya tempat kembali. Gua belum mendapat komunitas tampat gua
pulang.
Gua
belum ikhlas, nerima kenyataan kalau tahun depan teman terdekat gua bakal
pergi, padahal gua sendiri aja masih nyimpen banyak iri ke dia. Gua belum
ikhlas, untuk menerima kemungkinan yang ada.
Kemungkinan
yang harusnya gak gua khawatirkan.
Apa
gua lupa kalau gua punya Allah? Gua belum terima kalau gua gabisa benar-benar
bergantung ke manusia. Padahal memang gabisa!
Gua
bahkan saat ini gak bisa bahagia atas diri gua sendiri. Rasanya gak karuan,
emosi, emosi, emosi. Rasanya gak bisa lega. Rasanya sulit untuk ikhlas.
Padahal
gua sadar, semua itu hanya rasanya. Bukan kenyataannya.
Rasa
capek ini gak akan hilang;
Sampe
rasa gak ikhlas itu berubah jadi ikhlas.
.
Ikhlas;
sebelum
penyakin lain datang menyusul.
رب
اشرحلي صدري و يسر لي أمري وحلل أقدة من للساني يفقه قولي