Beginning

 


It’s already beginning now!

Pepatah familiar yang sudah sering kita dengar, “Langkah yang besar diawali dengan satu Langkah kecil,” sedang mewakili perasaan gua saat ini. Kembali merantau ke tanah yang sama, bahkan ke tempat yang sama, namun memiliki atmosfer yang berbeda.

Gua udah memulai hari-hari gua sebagai mahasiswi baru di Universitas Darussalam Gontor.

Takdir yang mengantarkan gua kesini untuk melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kalua dibilang mau atau enggak, gua gabisa jawab pasti. Ada separuh keinginan untuk melanjutkan studi disini, separuhnya lagi ada nafsu yang mengisinya. Sebenarnya bukan nafsu saja yang mengisi separuh tempat kosong itu, banyak hal lain. Tetapi nafsu yang mengisi lebih banyak kekosongan itu.

أللهم عطني ما أحسن لي

Gua akhirnya memantapkan diri untuk kesini. Keinginan ‘ingin cepat pulang’ menjadi motivasi ketiga terbesar gua untuk cepat lulus. 3,5 tahun pasti bisa gua lalui. Hal ini menjadi motivasi ketiga karena motivasi pertama gua; Umi Abi. Gua terakhir kali dimiliki mereka adalah Ketika SD, dimana gua punya waktu full dirumah Bersama mereka diluar jam sekolah. Gua gatau kapan gua akan dilepas, atau kapan mereka dipanggil. Menjadi milik mereka Kembali saat ini menjadi keinginan terbasar gua.

Urutan kedua motivasi gua adalah orang-orang disekeliling gua, terutama keluarga besar gua dan teman-teman lama gua. Gua memang kuliah di Unida, tapi gua gak akan kalah sama mereka-mereka yang di PTN. Gua memang di Unida, tapi gua bisa beasiswa. Gua memang di Unida, tapi gua juga bisa berprestasi dan lulus cepat. Bagaimana pun caranya, gua akan berjanji untuk bisa berprestasi. Hal ini dikuatkan juga dengan keutamaan merantau. Untuk terus mencari ilmu-Nya Allah gua diharuskan untuk merantau. Pergi jauh dari kampung halaman. Ini demi kehormatan keluarga gua, bangsa gua, agama gua, bahkan diri gua sendiri. Jalan ini yang harus gua tempuh.

“Semua kesusahan yang kalian rasakan di Unida-lah yang akan mensuksseskan kalian,”

Menjadi bagian dari pelaku sejarah untuk mewujudkan Unida menjadi World Class University juga ambil bagian besar di motivasi kedua gua ini. Gua siap berkorban untuk alamamater ini, untuk pondok ini, dengan menjadi mahasiswi berprestasi dengan sikap, karakter, mental dan jiwa yang sudah ditanamkan sejak 4 tahun lalu.

Minggu pertama di Unida baru saja selesai gua jalani. Salah satu bagian tersulit mungkin dalam perputaran kehidupan disini. Kenapa? Adaptasi di tempat yang berbeda tanpa tau siapa-siapa agaknya lebih mudah daripada beradaptasi ditempat yang sama namun segalanya menjadi berbeda. Adaptasi di tempat yang sama, namun telah berubah. Kenapa? Karena gua bisa melihat dengan jelas adegan-adegan masa lalu persis ditempatnya, namun tak dapat diulang. Karena gua bisa melihat orang-orang yang sama, namun beda ‘title’. Dulu sewarna papan nama, namun sekarang bahkan tak sewarna kerudung. Ditempat yang sama, namun segalanya berbeda. Gua masih bisa membayangkan dengan jelas memori dan metafora kita dulu persis ditempatnya, namun sekarang bahkan kita sudah berbeda.

Tak apa,

Kita sama-sama berjuang. Berjuang untuk masa depan, belajar membalas budi.

Akhirnya gua tau betapa sakitnya rasa berpisah untuk masa depan.

Ospek sudah berakhir, dunia baru akan menyambut gua.

Break a leg, myself.

 

.

Siti Aminah 102, 10/5/2023 ; 10.20 PM

pic courtesy : gontor.ac.id

Postingan populer dari blog ini

After 3 Months!

at the end of november

Nyaman dengan Ketidaknyamanan